Palu,voxnusantara.com- Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulawesi Tengah (Sulteng) dikabarkan mulai melakukan pemeriksaan awal tahap penyelidikan pemeriksaan awal tahap penyelidikan atas laporan masyarakat mengenai adanya dugaan tindak pidana korupsi yang terjadi di Universitas Tadulako (Untad).
Dikutp dari Mediaalkhairaat.id, Kejati Sulteng, Jumat (03/02/23) kemarin membenarkan bahwa ada pemanggilan kepada sejumlah pejabat yang ada di Untad. Sementara itu, berdasarkan informasi yang diperoleh, ada empat orang yang sedianya akan diperiksa kemarin, yaitu, AM, TB, MFP dan MB. Namun satu diantaranya, yakni MB tidak hadir.
Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir Cyio saat ditanya media ini mengatakan bahwa tak henti-hentinya Prof Jayani menebar tuduhan korupsi, bahkan Basir Cyio memahami karena beliau setara Wali. Isu korupsi yang terus digoreng oleh Prof Dr Haji Jayani Nurdin selama beberapa tahun belakangan ini, katanya, pada dasarnya dapat dipahami oleh Prof Basir.
Pasalnya, selain Prof Jayani setara dengan sosok Wali, kata Basir Cyio, juga Jayani dikenal orang yang tidak ada nodanya selama ini. Apalagi mau cari dosanya,” ujarnya.
Menurut Prof Basir, sikap Prof Haji Jayani ini, adalah hal yang lumrah di dunia politik. Pemandangan demikin ini adalah bukan fenomena baru di manapun kita berada dalam tataran berkehidupan, ungkapnya.
“Jangan saya dan beberapa teman yang pernah berada dalam suatu sistem, sedangkan Yang Mulia Bapak Presiden Jokowi yang saat ini masih menjabat Presiden, masih terus saja dicaci dan hina, bahkan dituduh. Jika sosok Presiden Jokowi saja, diperlakukan begitu, apalagi sekelas saya yang tidak ada apa-apanya, ucapnya.
Jadi, lanjut Basir, kita maklumi saja bila Prof Haji Jayani yang setara dengan Wali di mata Saya, masih terus melakukan manuver demikian. “Saya tidak mengatakan ada kaitannya antara kekalahannya menjadi rektor saat bersaing dengan Prof Mahfudz yang membuat Prof Jayani begitu, tetapi sikap dan manuver yang dilakoni itu terjadi setelah kalah dalam Pilrek 2018 silam,” jelasnya.
Prof Basir juga mengatakan, ia juga tidak mengatakan ada kaitannya antara gagalnya maju sebagai calon Ketua Senat karena mundur sebelum pemilihan Tahun 2019 silam, namun perilaku Prof Haji Jayani ini muncul setelah semua peristiwa itu berlalu.
Sedangkan, ditanya perihal hasil audit yang dituduhkan Jayani dikorupsi Rp1,7 Milyar, Basir Cyio mengatakan jika seluruhnya telah dikembalikan ke kas negara sesuai dengan Rekomendasi Auditor oleh semua staf yang harus mengembalikan, termasuk dirinya sendiri.
“Saya sendiri harus menyetor kembali sebanyak Rp129.469.865 (seratus dua puluh sembilan juta Empat ratus enam puluh sembilan ribu delapan ratus enam puluh lima rupiah) dan itu telah selesai, dan ada bukti setoran di Bank BNI Kampus Untad,” ungkapnya.
Jumlah Rp129 jutaan itu, kata Basir, telah disetor ke Kas Negara pada tanggal 18 April 2022 bersama Sembilan orang staf lainnya, dan pada 19 April 2022 sebanyak tujuh orang, sehingga dalam penyetoran dua tahap itu telah tuntas dikembalikan Rp1,7 Milyar.
Ditanya terkait benarkah ada isu jika Pak Prof beserta Tim Pengacara dari Jakarta sedang mengumpulkan bukti video Podcast dan berita di media yang berbau tuduhan dan pencemaran nama baik untuk bahan pelaporan langsung ke Mabes Polri? Basir Cyio mengatakan, Maaf No Coment le kalau itu. Jika ada pertanyaan lain, yang lain saja dulu, pinta Prof Basir Cyio.
Sedangkan terkait belum hadirnya ke Kejaksaan Tinggi untuk diminta keterangan di bagian Asintel Kejati, Prof Basir mengatakan jika pihaknya telah menyampaikan secara tertulis kepada Pak Kajati jika sedang berada di luar kota sehari sebelum ada panggilan. “Insya Allah kami akan hadir atas surat dari Asintel Kejati Sulteng tersebut,” katanya.
Bahkan mengakhiri penjelasannya, Prof Basir Cyio mengatakan jika senantiasa mendoakan Prof Haji Jayani semoga selalu dalam limpahan Rahmat dari Allah SWT, hingga kelak sama-sama menuju liang lahat.
Sementara itu, Prof. Dr. H. Jayani Nurdin diminta keterangan media ini soal apakah ada kebencian antara dirinya dan Prof Basir Cyio? Prof Jayani menjawab bahwa hal tersebut tidak ada.
“Kalau dari saya sendiri penyelamatan Untad sebenarnya, bahwa sejak dulu itu bahwasanya seakan-akan Untad itu milik pribadi dia. Saya sudah pernah ingatkan, mohon maaf Prof Basir kalau Untad itu bukan pribadi yang punya, kalau mau anda bikin perusahaan mau untung ratusan miliar kita tidak akan ganggu, tetapi kalau Untad punya yang mau diganggu berhadapan dengan banyak orang. Itu yang dia tidak pahami sebenarnya, saya sudah worning-worning,” bebernya, Sabtu (04/02/23) malam.
Sedangkan disinggung, soal ungkapan Wali, Prof Jayani mengungkapkan terkait sosok Wali itu adalah hal yang berlebihan, seakan-akan itu ngejek, dan sudah beberapa kali dimuat di media, tapi saya tidak pernah menanggapi hal itu.
Dan soal adanya faktor kebencian, kata Prof Jayani, itu tidak ada sedikitpun faktor kebencian, apalagi faktor pemilihan rektor pada 2018 silam.
“Karena setelah selesai proses pemilihan rektorkan saya tidak pernah bikin macam-macam. Tidak ada ganggu mahasiswa mau buat gerakan apa, kan tidak ada, karena saya tidak terlalu pusing.
Tapi beliau kalau mau komentar selalu itu yang diangkat, seakan-akan kita sakit hati. Itu sebenarnya hanya alasan kalau kami ini kelompok sakit hati,” jelasnya.
Jadi, ujarnya, tidak ada kebencian. Sedangkan, katanya, pada saat Dirjen datang ia bertemu Prof Basir. “Saya jaba tangan sama beliau waktu di fakultas kedokteran, artinya tidak ada masalahkan. Dan kalau saya benci saya hindari, tapikan saya jaba tangan,” tandasnya. ***