[adrotate group="1"]

Tergerak Hati, Gebrak Ngada Distribusi Bantuan Bencana Malapedho

  • Bagikan
Foto: Eman

Ngada,voxnusantara.com– Bencana banjir dan longsor yang menimbulkan korban jiwa, kerusakan lawan perkebunan, kerusakan 40 rumah hunian warga, pada tanggal tanggal 4 September 2021 di Malapedho, Desa Inerie, kecamatan Inerie, Kabupaten Ngada, Nuasa Tenggara Timur (NTT), memunculkan simpati publik.

Bahkan, group facebook Gebrak Ngada, grup yang biasanya tampil menyuarakan ketimpangan pembangunan di Propinsi NTT dan setiap hari disuguhi hujatan kepada kebijakan Kepala Daerah, ikut tergerak solidaritasnya untuk open donasi bantuan. “Saatnya ubah stigma buruk pembaca berita, kepada medsos. Ini kita lakukan dengan berbekal pengalaman menjadi Relawan dan Korban bencana gempa bumi, tsunami dan liquifaksi Palu, gempa mamuju dan di banyak kegiatan amal,” kata Agustinus Due Dopo (ADD) selaku konseptor aksi.

Selanjutnya, kata ADD, untuk konseptor kegiatan Gebrak Ngada Peduli tersebut, konseptor aksinya ada Eman Ngaji Soka Robenuka, yang bermukim dipasangkayu sulbar yang juga admin Grup Gebrak Ngada dan saya sendiri, Agustinus, konseptor juga dan selaku Ketua Kerukunan NTT Sulteng.

Foto: Eman

“Untuk tim Survey kita ada saudara Stef Longa, tim logistik, saudara Feri Lay, relawan Gebrak Ngada Peduli (GNP) Kons Kota dan kawan-kawan, yang bermukin di Bajawa dan mereka ini langsung bergerak sebagai pengelola keuangan dan pelaksana teknis distribusi bantuan,” ujarnya.


Bahkan, tambah Eman Ngaji Soka Robenuka, antusias NTT diaspora begitu tinggi pada saat open donasia, apalagii konsep aksi mengedepankan transparansi baik semua resi transferan diupload difacebook, maupun dalam belanja kebutuhan warga berdampak yang paling urgen. Olehnya, dalam waktu 2 minggu total donasi terkumpul 25 juta lebih, ini sangat luar bisa, ungkapnya.

“Pasca hari pertama dan kedua bencana, biasanya dalam masa tanggap darurat, penyintas disuguhi makanan instan. Namun, mereka diberi makan seperti biasanya. Apalagi, dengan keadaan alam mayoritas daerah Ngada yang dingin dan memungkinkan sayuran tumbuh subur, dihari pertama mereka droping sembako dan perbanyak sayuran untuk nutrisi tim relawan yang berjibaku evakuasi korban bencana,” jelas Eman.

Sedangkan, katanya, untuk bantuan tahap 3 atau istilah kloter 3, tim kita membuka dapur umum, dapur itu bernama Gebrak Ngada Peduli, ini untuk konsumsi relawan lokal . Untuk kloter 4 dan ke 5, mereka menyasar 3 prioritas penerima yakni disabilitas, para lansia dan orang sakit, yang tidak dapat mengakses bantuan dari pihak lain dan memberi bantuan langsung kepada lansia di Dusun Watu, yang merupakan titik kampung tua Megalitikum yang menjadi titik awal bencana banjir bandang, urainya.

“Bantuan itu kami prioritaskan kepada para lansia, yang secara kasat mata, hunian mereka aman tapi berdampak secara sosial, anggota keluarga mereka yang usia produktif tidak bisa lakukan aktivitas ekonomi karena mereka turun gunung untuk membantu proses evakuasi jenasah korban banjir bandang sejak hari pertama. Mereka mau makan apa diatas gunung? Itu yang kita pikirkan,” katanya.


Uniknya, lanjut Eman, bantuan ini menyasar langsung ke sasaran yang telah diasesmen oleh tim survey lapangan, tampa melalui birokrasi yang berbelit belit, walaupun itu memunculkan beragam kontroversi dilapangan, karena pihak lain menitipkan semua bantuannya ke posko induk bentukan Pemda Ngada.


“Donasi yang kami kumpul bukan uang negara, jadi kami tidak punya Kewajiban lalui birokrasi dan hanya wajib untuk publikasi ke laman media sosial, supaya donatur tau dikemanakan uang donasi mereka,” cetusnya.


“Seharusnya Pemda Ngada, khusus nya BPBD itu mempunyai pemetaan zona berdampak, supaya tak ada lagi kejadian warga sudah seminggu tidak tersentuh bantuan. Semoga, aksi ini bisa menginspirasi banyak orang untuk selalu berbagi disaat ada orang lain yang terkena musibah dan langsung kepada korban supaya tepat sasaran,” tutup politisi Hanura Sulawesi Tengah ini.***

  • Bagikan