Palu,voxnusantara.com- Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir Cyio mengatakan bahwa tak henti-hentinya Prof Jayani menebar tuduhan korupsi, bahkan Basir Cyio memahami karena beliau setara Wali. Isu korupsi yang terus digoreng oleh Prof Dr Haji Jayani Nurdin selama beberapa tahun belakangan ini, katanya, pada dasarnya dapat dipahami oleh Prof Basir Cyio.
Pasalnya, selain Prof Jayani setara dengan sosok Wali, kata Basir Cyio, juga Jayani dikenal orang yang tidak ada nodanya selama ini. Apalagi mau cari dosanya.
Menurut Prof Basir, sikap Prof Haji Jayani ini, adalah hal yang lumrah di dunia politik. Pemandangan demikin ini adalah bukan fenomena baru di manapun kita berada dalam tataran berkehidupan, ungkapnya.
“Jangan saya dan beberapa teman yang pernah berada dalam suatu sistem, sedangkan Yang Mulia Bapak Presiden Jokowi yang saat ini masih menjabat Presiden, masih terus saja dicaci dan hina, bahkan dituduh. Jika sosok Presiden Jokowi saja, diperlakukan begitu, apalagi sekelas saya yang tidak ada apa-apanya, ucapnya, Sabtu (04/02/23) kemarin.
Jadi, lanjut Basir, kita maklumi saja bila Prof Haji Jayani yang setara dengan Wali di mata Saya, masih terus melakukan manuver demikian. “Saya tidak mengatakan ada kaitannya antara kekalahannya menjadi rektor saat bersaing dengan Prof Mahfudz yang membuat Prof Jayani begitu, tetapi sikap dan manuver yang dilakoni itu terjadi setelah kalah dalam Pilrek 2018 silam,” jelasnya.
Prof Basir juga mengatakan, ia juga tidak mengatakan ada kaitannya antara gagalnya maju sebagai calon Ketua Senat karena mundur sebelum pemilihan Tahun 2019 silam, namun perilaku Prof Haji Jayani ini muncul setelah semua peristiwa itu berlalu.
Bahkan, sikap Prof Jayani ketika diangkat jadi Pembantu Rektor III di zaman Prof Basir, justru sikapnya kala itulah yang menjadi dasar penilaian jika di mata saya, Prof Jayani itu identik dengan Wali.
“Sikapnya yang sangat baik, tutur katanya yang mencerminkan sosok Profesor dan Haji, sehingga dasar itulah yang jadi dasar penilaian sampai saat ini sehingga Prof Jayani di mata saya adalah orang yang suci,” ujarnya.
Bahkan, terkait penggunaan dana kemahasiswaan selama Prof Jayani menduduki jabatan Pembantu Rektor III di zaman Prof Basir tidak ada sepeserpun uang kemahasiswaan dia selewengkan.
“Saya yakin Jayani ini tempatnya di Syurga saat peninggal karena di mata saya dia tidak pernah ada salahnya selama hidup di dunia. Makanya menurut saya, tidak sepeserpun uang kemahasiswaan dia selewengkan,” tandasnya.
Terkait kesan jika membaca komentar Prof Jayani di media, seolah dana Rp1,7 M itu digunakan oleh Anda? Prof Basir mengatakan, begitu memang, karena yang paling seksi untuk dituduh dan dijadikan sasaran tembak adalah saya.
Lalu, ditanya bukankah cara dan pola demikian sebagai bentuk kebencian dari Prof Jayani kepada Anda? Oh tidak! Menurut Basir, yang namanya sosok yang setara dengan Wali, hatinya sangat bersih dan mulia.
“Jadi saya yakin Prof Haji Jayani itu dalam hatinya tidak ada namanya kebencian. Jikapun pun selalu melakukan manuver dengan isu korupsi, itu bukan kebencian tapi salah satu cara membahagiakan dirinya,” tandasnya.
Sementara itu, Prof. Dr. H. Jayani Nurdin diminta keterangan media ini soal apakah ada kebencian antara dirinya dan Prof Basir Cyio? Prof Jayani menjawab bahwa hal tersebut tidak ada.
“Kalau dari saya sendiri penyelamatan Untad sebenarnya, bahwa sejak dulu itu bahwasannya seakan-akan Untad itu milik pribadi dia. Saya sudah pernah ingatkan, mohon maaf Prof Basir kalau Untad itu bukan pribadi yang punya, kalau mau anda bikin perusahaan mau untung ratusan miliar kita tidak akan ganggu, tetapi kalau Untad punya yang mau diganggu berhadapan dengan banyak orang. Itu yang dia tidak pahami sebenarnya, saya sudah worning-worning,” bebernya, Sabtu (04/02/23) malam.
Sedangkan disinggung, soal ungkapan Wali, Prof Jayani mengungkapakan terkait sosok Wali itu adalah hal yang berlebihan, seakan-akan itu engejek, dan sudah beberapa kali dimuat di media, tapi saya tidak pernah menanggapi hal itu.
Dan soal adanya faktor kebencian, kata Prof Jayani, itu tidak ada sedikitpun faktor kebencian, apalagi faktor pemilihan rektor pada 2018 silam.
“Karena setelah selelsai proses pemilihan rektorkan saya tidak pernah bikin macam-macam. Tidak ada ganggu mahasiswa mau buat gerakan apa, kan tidak ada, karena saya tidak terlalu pusing.
Tapi beliau kalau mau komentar selalu itu yang diangkat, seakan-akan kita sakit hati. Itu sebenarnya hanya alasan kalau kami ini kelompok sakit hati,” jelasnya.
Jadi, ujarnya, tidak ada kebencian. Sedangkan, katanya, pada saat Dirjen datang ia bertemu Prof Basir. “Saya jaba tangan sama beliau waktu di fakultas kedokteran, artinya tidak ada masalahkan. Dan kalau saya benci saya hindari, tapikan saya jaba tangan,” pungkasnya. ***