Palu,voxnusantara.com– Polemik menjelang pemilihan rektor Universitas Tadulako (Untad) tahun 2022, kian memanas. Bahkan, bergulir berbagai polemik sampai ketengah masyarakat luas, tak terkecuali tokoh masyarakat Tondo.
Salah satu tokoh masyarakat Tondo, La Dalle atau papa Andika, dalam pernyataannya yang berbicara secara bergantian dengan tokoh lain, saat bersilaturahmi dengan mantan rektor Untad, Prof Dr Ir H Muhammad Basir Cyio, SE, MS, diruang kerjanya mengatakan, pihaknya juga merindukan keteladanan dari dosen dan mahasiswa Untad dalam bertutur dan dalam berpolitik.
“Kami tidak mau mencampuri urusan kampus, namun jika ada oknum melakukan cara-cara tidak terpuji menyerang secara pribadi Prof Basir Cyio, saya tegaskan tidak menerima,” ujarnya.
Karena itu, sambung Ramadhan, pihaknya meminta agar diizinkan mengambil bagian sebagai keluarga besar untuk hadir melalui ikatan silaturahim. Prof Basir, kata Ramadhan, begitu besar perhatian yang diberikan kepada kami di Tondo selama kepemimpinannya. “Kami cuma bilang, jangan ada yang bakasar le, jangan baserang pribadi, kami tidak terima,” pinta Papa Andika.
Olehnya, mendengar kegalauan yang diungkapkan La Dalle dan Ramdhan atas dinamika yang berkembang akhir-akhir ini, yang mana menjelang Pemilihan Rektor tahun 2022, baik itu yang dilakukan oleh sejumlah oknum dosen, maupun oknum mahasiswa, Prof Basir mengatakan, apa yang terjadi adalah hal biasa dan lumrah.
Bahkan, kata Prof Basir Cyio, riak-riak itu, membawa keindahan tersendiri dalam mempelajari style mereka. Terlebih, yang melakukan riak-riak itu, bukanlah gambaran keseluruhan warga kampus, tegas Basir Cyio. “Saya, Alhamdulillah sudah sangat terbiasa menghadapi dinamika kampus sejak lama. Ketika mau maju sebagai Calon Wakil Dekan 1 Pertanian, lain lagi riaknya dari teman-teman. Ketika maju sebagai calon Dekan Pertanian, juga lain isu dan jenis jalan ceritanya. Dan saat maju sebagai Calon Rektor tahun 2010, kehangatan cuaca kampus lain lagi,” jelas Prof Basir Cyio.
Jadi, lanjutnya, semua itu hanya benar-benar hafal secara real time (waktu ke waktu). Bahkan menjelang Pilrek pada periode keduanya, juga kembali hangat. Saat ini, lanjut Prof Basir, terdengar lagi suara-suara yang menurut orang kurang enak di dengar, tapi di mata Prof Basir, itu biasa saja. Yang menarik, kata Prof Basir, saya bukan siapa-siapa dan bukan juga Balon Rektor, tapi target mereka itu saya, urai Basir sambil tertawa. “Saya ini siapa kasian”, katanya bercanda.
Menurut Basir, pihaknya banyak belajar di setiap pesta demokrasi, khususnya jelang Pilpres. Di sana, kata Prof Cyio, semua jenis fitnah dan cacian bisa kita dengar dan bisa kita baca. Kelompok satu fitnah kelompok lainnya, dan demikian sebaliknya. Kalau kita bandingkan di kampus, masih sangat wajar, kata Basir memberi pemahaman kepada Keluarga yang datang silaturahim.
Masih kata Prof Basir, pihaknya semakin tajam dalam meneropong, mana yang baru belajar, mana yang sudah lama tapi masih menggunakan cara konvensional, siapa penggerak di balik itu, semua pasti diketahui. Untuk itu, pintanya, mohon kita semua melihatnya secara tenang dengan suasana batin yang kokoh, sebab yang riak-riak begini akan selalu berulang dalam musim empat tahunan, walaupun orangnya berubah-ubah karena mungkin sudah ada yang meninggal dan sudah ada yang Lelah, kata Basir.
Penjelasan Prof Basir, kembali ditanggapi oleh Ramadhan. Dia mengatakan, cara-cara yang tidak beretika sulit mereka terima dan tidak boleh dibiarkan, apalagi cenderung menyerang pribadi. Prof Basir hanya senyum mendengar, dan mengatakan, dirinya tidak pernah merasa diserang, dan sama sekali tidak berpengaruh dalam kesehariannya. “Hati dan jiwa ini sudah sejak awal sudah terbiasa”, kata Basir.
Lebih lanjut dikatakan, metode dan taktik apapun yang dilakukan oknum tertentu, saya anggap itu hanya dinamika. Bahkan, lanjut Basir, pihaknya malah memosisikan diri sebagai penonton setia dalam menyaksikan setiap manuver. Jadi, pinta Prof Basir, agar kita semua tetap tenang dan sabar, kita lewati ini dengan doa karena doa dan orang yang tenang selalu mampu berpikir cerdas, tidak sporadik, dan kita jangan ikut kasak kusuk, tapi harus tenang, berdoa dan tawakkal kepada Yang Di Atas, kata Basir.
Menurut Prof Basir, jika kita mau belajar, kita lihat Pak Presiden diserang kiri kanan oleh mereka yang tidak senang, tapi ternyata Pak Jokowi tetap bekerja. Kalau Pak Presiden saja diserang kiri kanan, apalagi seperti kita-kita yang hanya “tonakodi”, sambung Prof Basir. Atas penjelasan itu, membuat rombongan merasa tenang.
Namun, Papa Andika kembali menegaskan sebelum pamitan bahwa jika ada oknum yang tidak mencerminkan etika, menyerang secara pribadi, mohon maaf Prof, izinkan kami-kami untuk ikut mengambil bagian karena kami siap lahir batin. Dan saya ingin mengatakan, kata Ramdhan, sebagai orang Tondo, mohon kiranya peristiwa kelam tahun 2016 tidak terulang kembali.
Selain itu, pihaknya selalu berusaha menjaga ketenangan kampus dari luar, tapi kalau orang dalam sendiri yang bikin ribut, yah tinggal dilihat apa yang sebaiknya kami lakukan demi kebaikan kita bersama. Kami siap lahir batin, tegas Ramadan tanpa menjelaskan apa maksud siap lahir batin. Pertemuan yang sangat akrab itu, diakhiri dengan salam jarak jauh sesuai dengan Prokes, dan sepakat menjadikan momen ini sebagai hari kebangkitan silaturahim antara kedua Keluarga besar.***
Reporter: Yohanes Clemens