Palu,voxnusantara.com- Pemilihan Rektor Universitas Tadulako (Untad) periode 2023-2027 semakin dekat. Ketua senat Untad, Prof Dr Ir Muhammad Basir Cyio, SE.,MS, sangat mengharapkan menjaga keteduhan dan kebersamaan sekalipun berbeda pilihan.
“Pemilihan rektor itu hanya media dan metode dalam penentuan siapa yang akan menjadi penerus dalam kepemimpinan,” kata Prof Basir, dikutip dari sulteng.ragamindonesia.com.
Prof Basir menjelaskan disini ada dua nada dasar yang bekerja yang tidak bisa dihilangkan, yakni nada “politik” karena setiap balon dan pendukungnya membangun strategis dan strategi inilah masuk nada politik. Yang kedua, kata Basir, adalah nada seni.
Mengapa ada nada seni? Karena harus dianggap bahwa Pilrek ini adalah hiburan empat tahunan agar semua pihak tidak perlu ada yang menganggap bahwa inilah “hari terakhir” sehingga harus melakukan apapun demi tujuan.
“Pola membawa diri setiap anggota senat harus dihormati dan dijunjung tinggi. Beberapa type atau style anggota senat, itu adalah keunikan masing-masing,” tutur Ketua Senat Untad tersebut.
Ia melanjutkan, ada yang jujur mengungkap mendukung si A dan jujur pula menyatakan kepada yang tidak dia dukung. Ada juga yang tidak mau menyebutkan siapa yang didukung hingga akhir pemilihan (tidak mau ketahuan).
“Selain itu ada juga anggota senat mengaku mendukung seseorang setiap ada yang mendatangi. Tetapi ada juga lain di janji lain juga yang dia pilih. Semua itu adalah Nada seni yang diperankan masing-masing, dan harus dihargai,” ungkap mantan rektor Untad dua periode itu.
Selain itu, kita harus hargai pula jika ada anggota senat yang terlihat begitu sibuk, kalang kabut, gusar ke sana kemari, buang move, buang isu, buat press release, dan berbagai manuver, yang kesannya besok sudah akan kiamat. Yang demikian ini juga harus dihargai dan dijunjung tinggi.
Prof Basir melanjutkan, jika ada anggota senat yang memandang hidup ini seolah hanya ada satu unsur kehidupan, yakni Pemilihan Rektor, maka style demikian itu kita juga harus hormati dan hargai. Sebab itulah yang namanya keberagaman sikap, fluralitas cara membawa diri, dan varian dalam pengedalian tata interaksi dalam berkehidupan. Semua itu adalah nada seni yang digunakan dalam memperkuat nada politik.
Oleh sebab itu, ujar Prof Basir, kita tidak perlu merisaukan setiap style yang diperankan seseorang, baik itu anggota senat maupun simpatisannya. Ibarat seni musik, ada yang suka lagu Rock, ada Pop, Klasik, Raggae, Slow Rock, Pop Dangdut, dan ada juga lagu lawas.
Tetapi siapapun mereka, tutur Ketua Senat, mereka tetap adalah sosok “seniman”, sekalipun yang bersangkutan pencinta lagu “rock yang keras”, namun tetap dalam bingkai sesuai dengan Alegro, Alto, Choir, dan Chord yang dituntut setiap jenis Genre.
“Persaudaraan tetap di atas segalanya, sekalipun berbeda selera dalam pilihan musik. Kita jangan terlalu fanatisme. Apalagi gunakan moto hancur kalau hancur,” urainya.
Sehingga, katanya, dukung dan percayailah setiap calon yang diyakini, namun jangan fanatik mati. Sebab, sejarah banyak mencatat bahwa style seseorang (calon) bisa berbalik 180 derajat sesaat atau beberapa saat setelah sudah “dininabobokkan” oleh jabatan yang jauh berbeda di saat masih ada di sekitar kehidupan sahabatnya yang terkesan low profile.
Oleh karena itu, mari kita jalani pemilihan rektor ini dengan cara yang damai dan apa adanya sebagai kegiatan musiman empat tahunan. Insya Allah, Untad akan dipimpin oleh calon yang didukung oleh anggota senat dan Menteri, serta diijabah doanya oleh Allah SWT, ajak Prof Basir.***