Mantan Dekan Fakultas Perternakan dan Perikanan Untad Prof Dr.Ir.Burhanudin Sundu yang dikonfirmasi deadline-news.com, Rabu (31/5/23) lalu mengatakan mengenai pengembangan Sibalaya, awalnya pengembangan Sibalaya direncanakan pada tahun 1 dan ke tahun 2 adalah pengembangan lahan dan penanaman rumput hijauan untuk ternak.
“Dan tahun ke 3 baru pengembangan sapi ketika lahan dan rumput telah tersedia,” jelasnya.
Ia menerabkan pada tahun 1, dilakukan pembukaan lahan, baik lahan yang 4 hektar plus 10 hektar termasuk penyediaan air.
“Kami dulu sudah membuka lahan, baik lahan yang 4 hektar plus 10 hektar dalam bentuk pembukaan lahan termasuk di dalamnya penyedia air untuk lahan,” ungkapnya.
Kata dia, di Sibalaya telah tersedia 3 sumur bor yang diharapkan dapat mensuplai penanaman rumput.
Ia mengatakan rencana pengembangan Sibalaya yang 3 tahun, ternyata karena perubahan kebijakan, maka pembiayaan hanya menjadi 1 tahun, sehingga upaya pengembangan menjadi bermasalah.
“Lahan yang sudah di land clearingpun menjadi tidak termanfaatkan secara optimal. Dan Kalau mengenai lahan sibalaya dibawah pengawasan fakultas,” ungkapnya.
Sedangkan, Rektor Untad Prof Dr. Ir. Amar,ST.MT, Jumat (2/6/23) saat ditanyai mengenai kelanjutan bantuan sapi yang ada di Sibalaya, dan terkait informasi bahwa saat ini sudah tidak ada lagi sapi-sapi itu malah enggan menjawab pertanyaan media Voxnusantara.com sampai berita di naikkan.
Pasalnya, diduga Rektor Untad Prof Amar yang melakukan penandatanganan kontrak kerjasama saat masih menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama. (***)
